Sabtu, 02 Januari 2016

GENERASI PERTAMA DALAM ISLAM

0



PROLOG
by: et_Tamiyyi 

       Di puncak Gunung Hira, sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah, terletak sebuah gua yang baik  buat tempat menyendiri dan tahannuts. Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun ia pergi ke sana dan berdiam di tempat itu, cukup hanya dengan bekal sedikit yang dibawanya. Ia tekun dalam renungan dan ibadat, jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari Kebenaran, dan hanya kebenaran.
            Demikian kuatnya ia merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini. Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran. Di situ ia mengungkapkan dalam kesadaran batinnya segala yang disadarinya. Tambah tidak suka lagi ia akan segala prasangka yang pernah dikejar-kejar orang.
            Ia tidak berharap kebenaran yang dicarinya itu akan terdapat dalam kisah-kisah lama atau dalam tulisan-tulisan para pendeta, melainkan dalam alam sekitarnya: dalam luasan langit dan bintang-bintang, dalam bulan dan matahari, dalam padang pasir di kala panas membakar di bawah sinar matahari yang berkilauan. Atau di kala langit yang jernih dan indah, bermandikan cahaya bulan dan bintang yang sedap dan lembut, atau dalam laut dan deburan ombak, dan dalam segala yang ada di balik itu, yang ada hubungannya dengan wujud ini, serta diliputi seluruh kesatuan wujud. Dalam alam itulah ia mencari Hakekat Tertinggi. Dalam usaha mencapai itu, pada saat-saat ia menyendiri demikian jiwanya membubung tinggi akan mencapai hubungan dengan alam semesta ini, menembusi tabir yang menyimpan semua rahasia. Ia tidak memerlukan permenungan yang panjang guna mengetahui bahwa apa yang oleh masyarakatnya dipraktekkan dalam soal-soal hidup dan apa yang disajikan sebagai kurban-kurban untuk tuhan-tuhan mereka itu, tidak membawa kebenaran samasekali. Berhala-berhala yang tidak berguna, tidak menciptakan dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak dapat memberi perlindungan kepada siapapun yang ditimpa bahaya. Hubal, Lat dan ‘Uzza, dan semua patung-patung dan berhala-berhala yang terpancang di dalam dan di sekitar Ka’bah, tak pernah menciptakan, sekalipun seekor lalat, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi Mekkah. [1]
           Hingga pada akhirnya Allah menakdirkan suatu hal yang menjadi titik tolak perubahan dalam hidup beliau. Sebelum beliau menerima wahyu beliau sudah merasakan tanda- tanda akan datangnya wahyu dan akan diangkatnya beliau menjadi seorang Nabi. Dalam mimpinya beliau melihat cahaya shubuh, dan ini terjadi selama 6 bulan. Kemudian tepatnya pada tanggal 17 Rhamadan/ 6 Agustus 610 M wahyu yang pertama kali turun pada beliau, saat itu usia beliau 40 tahun 6 bulan 8 hari. Untuk cerita lebih jelasnya lagi mari kita dengarkan lansung dari istri beliau tercinta Aisyah yang di sebutkan  dalam hadits Shahih Bukhari: “Rasululullah bermimpi sebelum beliau mendapat wahyu dari Allah, beliau melihat cahaya shubuh dalam mimipi beliau, setelah beliau mendapat mimpi seperti itu beliau menjadi lebih senang menyendiri, dan beliau memilih gua hira sebagai tempat favorit bagi beliau, beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah, apabila bekal yang beliau bawa telah habis maka beliau pulang menemui Khadijah dan mengambil bekal dan melakukan khalwat lagi. Hingga datang wahyu, pada waktu itu beliau di datangi oleh malaikat  Jibril dan berkata kepada Nabi Muhammad “ Bacalah !” Nabi mejawab dengan ketakutan “ Aku tidak bisa membaca” beliau berkata : “Kemudian malaikat Jibril merangkulku dan tetap menyuruh untuk membaca, hal ini terulang sampai tiga kali sampai tubuhku menggigil, kemudian malaikat Jibril mengatakan  “Bacalah dengan nama Rabbmu yang menciptakan, yang menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dengan nama Rabbmu yang Maha Mulia’’. Setelah itu Rasulullah pulang dalam keadaan menggigil ketakutan dan beliau menemui Khadijah binti Khuwailid dan berkata : “Selimutilah aku, selimutilah aku” maka khadijah menyelimuti Nabi Muhammad sampai beliau keringatan. Beliau berkata kepada Khadijah “ Aku takut kepada diriku sendiri” Kemudian khadijah berkata “Demi Allah! Allah tidak akan pernah menelantarkanmu selamanya, engkau adalah orang yang menyambung tali kekerabatan, menjaga amanah, suka menolong orang yang lemah,” kemudian pergilah Khadijah menemuai Waraqah bin Naufal bin Assad bin Abdul ‘Uzza anak paman Khadijah. Beliau adalah orang yang terhormat di zaman Jahiliyah beliau menulis Injil dengan bahasa ibrani, beliau adalah seorang tua yang telah buta kedua matanya. Maka khadijah berkata kepadanya “Wahai anak pamanku dengarkanlah apa yang akan di ceritakan anak pamanmu ini (Muhammad)’’. Maka Waraqah berkata kepada Muhammad “Wahai anak pamanku apa yang kamu lihat?” kemudian Rosulullah mengabarkan apa yang di lihatnya barusan. Kemudia Waraqah berkata “ Itu adalah Namus (Jibril) yang Allah turunkan kepada Musa. “Aduhai seandainya aku masih hidup, ketika nanti kaummau mengusirmu”. Mendengar itu Rasulullah berkata “Apakah nanti kaumku akan mengusirku?” “ Ya,tidak ada seorangpun yang mengalami kejadian seperti yang engau alami kecuali dia akan diusir dari kampung halamannya. Apabila aku mendapati hari maka akau akan menolong dan membelamu”. Namun tidak berselang lama setelah itu Waraqah bin Naufal wafat.[2]
           Setelah kejadian di atas maka di mulailah babak baru kehidupan Rosulullah. Beliau memang manusia biasa sebagaimana yang lainnya. Namun lebih dari itu beliau kini telah menyandang predikat sebagai seorang nabi yang mempunyai tugas untuk membawa ummatnya dari zaman kebobrokan moral menuju zaman yang penuh dengan moralitas. Begitu juga dari penyembahan kepada berhala-berhala yang tidak berdaya menuju penyembahan kepada Rabbul ‘alamin, sang penguasa jagad raya ini.
           Tentunya dalam mengemaban beban “Super Berat” ini beliau tidak mungkin memikulnya sendirian, beliau butuh pengikut yang bisa di ajak ikut berperan aktif dalam misi besar yang akan beliau emban . Walaupun beliau seorang Nabi. Maka dalam merealisasikan hal itu beliau mulai berdakwah mengajak kaumnya perlahan- lahan, tahapan demi tahapan beliau lalui dengan penuh kesabaran dan hanya mengharap kemudahan dari Allah.
           Tercatat dalam sejarah orang- orang yang mendukung dakwah beliau sejak awal. Mereka adalah Khadijah binti Khuwailid, istri beliau tercinta sekaligus motivator yang  rela mengorbankan apa saja untuk dakwah Islam. Sampai hartanya habis sekalipun. Khadijahlah yang pertama kali membenarkan Rasul dari kalangan wanita. Kemudian dari kalangan laki-laki tidak lain adalah sahabat beliau yang sejak kecil tahu seluk beluk Rosulullah, beliau adalah Abu Bakar Ash- Shiddiq. Kemudian dari kalangan anak- anak adalah Ali bin Abi Thalib, yang beriman sejak beliau berumur 10 tahun[3]. Selanjutnya adalah Zaid bin Haritsah anak seorang kepala suku di daerah Najd, yang di culik oleh seseorang kemudian di jual di pasar budak. Lalu di beli oleh Rasulullah dan di merdekakan. Usianya saat itu baru menginjak 8 tahun.[4] Kelak dari ke 4 orang inilah dakwah Islam bermula. Atau dalam kata lain merekalah “Embrio” yang menjadi cikal bakal dan penopang system yang di bangun oleh Rosulullulah. Beliau juga punya harapan besar kepada mereka. Peran aktif mereka terbukti di kemudian hari.

PENJELASAN ASSABIQUN AL- AWWALUN
            Para ulama “Mufassir”dan ulama ahli sejarah berbeda pendapat dalam menetapkan siapa yang di sebut dengan “Assabiqunal Awwalun”. Sebab perbedaan  pendapat itu adalah perbedaan tafsir dan perbedaan dimensi hikmah yang di ambil oleh para penulis sejarah Nabi Muhammad. Sebab akhlaq Rasulullah  adalah perwujudan dari Al- Qur’an. Sehingga dari sisi  mana saja, beliau adalah tauladan  terbaik sepanjang masa semenjak di utusnya beliau sampai akhir zaman.
            Berkaitan dengan hal ini Allah berfirman dalam surat At- Taubah: 100:
            وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيم
Artinya :
            Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” ( At- Taubah: 100)
            Dalam menafsirkan ayat ini Imam Al- Qurthuby  menyebutkan tujuh pendapat, yaitu:
1.      Riwayat Ummar bin Khattab  yang menyatakan bahwa mereka adalah para sahabat Nabi Muhammad sampai Tabi’in, dengan  tingkatannya masing-masing
2.      Mereka yang sholat menghadap dua kiblat, ( Sebelum perpindahan arah kiblat), ini adalah pendapat Sa’id bin Musayyib. Pendapat lain mengatakan mereka mereka yang ikut Bai’atur Ridwan/ Hudaibiyah, ini adalah pendapat madzhab Syafi’i. Asy-Sya’bi,Muhammad bin Ka’ab dan Atho’ bin Yasar berpendapat : “ Mereka adalah ‘Ahlu Badr’”
3.      Berkata Abu Manshur Al-Baghday At- Tamimi,” Mereka adalah para khalifah yang 4 di tambah 6 orang, sehingga menjadi 10 ( yang di jamin masuk Jannah), kemudian mereka yang ikut pada perang Badar dan Uhud. Serta mereka yang mengkuti Bai’atur Ridwan.
4.      Mereka adalah pertama kali masuk Islam. Namun mereka berbeda pendapat tentang siapa yang lebih awal masuk Islam. Ibnu Abbas berpendapat bahwa yang pertama kali masuk Islam adalah Abu Bakar. Sedangkan Ibrahim An- Nakha’i berpendapat, yang pertama kali masuk Islam adalah Ali. Al- Hakim berpendapat Zaid bin Haritsah yang pertama masuk Islam. Selanjutnya Ma’mar berpendapat yang pertama kali masuk Islam adalah Khadijah. Qatadah, Muhammad bin Ishaq dan ‘Jama’ah’  meriwayatkan hal yang serupa.
            Namun dari beberapa pendapat di atas ulama bersepakat yang pertama kali masuk Islam adalah Khadijah. Yang menjadi perbedaan di kalangan mereka adalah yang masuk Islam setelah Khadijah
            Dari beberapa pendapat di atas kesimpulannya Menurut Ibrahim bin Rahwaih Al- Handholiy: “Orang yang masuk Islam dari kalangan laki- laki Abu Bakar, dari kalangan wanita adalah Khadijah, dan dari kalangan anak muda adalah Ali, serta dari kalangan “ Mawali (mantan budak) Zaid bin Haritsah, kemudian dari kalangan budak Bilal bin Rabah”
5.      Dari kalangan “Ahlul Hadits”, mereka  berpendapat bahwa mereka adalah para sahabat Rosulullullah, pendapat mereka berdasarkan pada salah satu hadits yang diriwyatkan oleh Imam Bukhori:
      “ Barangsiapa yang menemani Nabi salallahu ‘alaihi wasallam dan melihatnya, dari kalangan kaum Muslimin maka dia termasuk sahabatnya”
6.       Tidak di ragukan lagi bahwa yang pertama kali masuk Islam dari kalangan Muhajirin  adalah Abu  bakar  Ash- Shiddiq. Alasannya menurut Ibnul ‘Arabiy   karenakan tiga  sebab, yaitu  dalam hal keimanan, waktu dan tempat, beliau mendapatkan ketiganya terkumpul dalam diri beliau sekaligus, sehingga tidak heran kalau beliau di juluki “As- Sabaq”
7.       Menurut Ibnu Khuwaij ayat ini mencakup keutamaan golongan pertama dari segi keilmuan, agama, dan keberanian, martabat, kedermawanan dan yang lainnya. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat tentanag hal ini antara Abu Bakar dan Umar.[5]
          Semua pendapat di atas adalah benar adanya, hanya saja para ulama meyebutkan pendapatnya dalam dimensinya masing- masing. Pendapat yang paling gamblang dan yang akan kita ulas adalah pendapat yang ke empat, meskipun ulama berbeda pendapat dalam hal urutan yang masuk Islam setelah Khadijah. Namun secara garis besar ke empat orang itulah yang di sebut dengan “Assabiqunal Awwalun”  ini pendapat Ibrahim bin Rahwaih Al- Handholiy

BIOGRAFI DAN PERAN MEREKA DALAM ISLAM
1.      Abu Bakar Ash- Shiddiq
a.    Nama dan Nasabnya
        Beliau Abdullah bin Utsaman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al- Quraisy At- Taimi, Abu Bakar Ash- Shiddiq  bin Abi Quhafah. Julukan beliau adalah ”’Atiq” julukan ini di sebabkan  karena ketampanan wajah beliau.[6]
        Beliau lahir dua tahun enam bulan dari peristiwa penyerangan tentara bergajah terhadap Mekkah. Ciri-cirinya kulitnya putih, berpostur kurus, ringan tangan, pemberani, tubuhnya ramping, kedua matanya sipit, beliau bersembunyi di balik ketawadhu’an beliau.[7]
b.    Kedudukan beliau di kalangan Quraisy
         Beliau tumbuh sebagai seorang remaja yang bersih dari perbuatan keji yang di lakukan masyarakat jahiliyah pada umumnya. Akhlaq beliau adalah akhlaq masyarakat arab yang asli. Beliau terkenal dengan kebagusan akhlaqnya, penyayang dan pemurah, perkataanya jujur, dan pandai dalam bergaul dalam masyarakat, dan beliau tidak pernah meminum khamer pada masa jahiliyahnya, apalagi setelah Islam tentunya.
         Beliau adalah orang yang paling tahu masalah nasab masyarakat Arab dan Quraisy, dan orang yang paling paham kebaikan dan keburukan mereka, beliau juga menguasai ilmu  ta’bir mimpi. Di samping itu beliau adalah seorang pengusaha yang kaya raya dan memiliki banyak pengalaman. Oleh sebab itu beliau di cintai oleh kaumnya. Beliau di tuakan dan di jadikan tokoh di tengah- tengah kaumnya. Beliau termasuk dari 10 orang yang paling mulia di masa jahiliyah dan Islam. Jika beliau menyampaikan sesuatu maka perkataan beliau di dengar oleh kaumnya.[8]
c.    Proses Keislaman Beliau
            Abu Bakar adalah teman sepermainan Rasulullah. Umurnya hanya selisih dua tahun lebih muda dari Rasulullah. Sehingga beliau melihat sendiri dengan mata kepala beliau keteladanan  ada pada diri Rasulullah. Beliau mempercayai apa yang di bawa oleh Rasulullah bukanlah tanpa dasar. Ini di karenakan beliau telah melihat dengan jelas dalil-dalil dan tanda-tanda kenabian Rasulullah. Beliau mendengar perjalanan hidupnya sebelum Rasulullah menyerunya untuk masuk Islam, Abu Bakar telah memikirkan dan tidak mempertimbangkan kebenaran yang di bawa, beliau masuk Islam secara spontan.[9]
            Cerita awal keislaman beliau bermula ketika beliau dalam safar menuju Yaman sebelum datangnya nubuwah dari Allah. Beliau bertemu dengan seseorang.” Aku pernah bertemu kepada seseorang yang  ‘alim dan mendalami Al- Kitab serta banyak paham akan  ilmu Sosial. Ketika beliau melihatku beliau berkata kepadaku “ Saya mendapatkan dalam ilmu yang saya pelajari bahwasanya akan di utus seorang nabi di ‘Tanah Haram’ ,dalam mengemban dakwahnya dia akan di bantu oleh orang yang ciri- cirinya sebagai berikut, orangnya kurus, berkulit putih,di perutnya terdapat tahi lalat berwarna hitam dan di paha kirinya terdapat suatu tanda”, kemudian orang tadi memintaku untuk menyingkapkan baju dan memperlihatkan perutku. Kemudian dia melihat tahi lalat hitam di atas pusarku dan berkata”Demi pemilik Ka’bah, engakulah orangnya, maka berhati- hatilah kamu,”. Kemudian aku bertanya” Dalam hal apa?”, kemudian orang itu berkata ” Janganlah kamu berpaling  untuk mengikuti hawa nafsumu, bersikaplah pertengahan, takutlah kepada Allah yang memelihara dan memberimu kenikmatan”.[10]
            Ketika tiba waktu di utusnya Nabi Muhammad beliau di datangi oleh orang- orang Quraisy, mereka berkata kepada beliau,” Wahai Abu Bakar! Lihatlah apa yang di lakukan oleh temanmu itu ( Muhammad). Abu Bakar berkata,”Apa yang terjadi dengannya?”. Lalu mereka berkata lagi, “Dia mengajak orang-orang masjid untuk menyembah kepada Tuhan yang satu dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi’’. Abu Bakar berkata, “ Benarkah begitu?”, Mereka menjawab” Ya”. Kemudian Abu Bakar pergi menemui Rasulullah, sesampainya di rumah beliau Abu Bakar mengetuk pintu Rasul dan berkata,” Wahai Abu Qosim, apa yang telah sampai kepadaku tentangmu?”, Rasulullah balik bertanya,” Dan engkau wahai Abu Bakar apa yang telah sampai kepadamu sehingga menghantarkan engkau kesini?”, Abu Bakar menjawab,” Telah sampai kepadaku bahwa engkau adalah orang yang mengajak manusia kepada mentauhidkan Allah, dan engkau mengaku bahwa engkau adalah seorang Rasul”. Rasulullah berkata,” Wahai Abu Bakar, Rabbku telah menjadikan aku sebagai pembawa berita dan peringatan , serta meneruskan ajaran Nabi Ibrahim, aku di utus kepada seluruh ummat manusia. Maka Abu Bakar berkata,”Demi Allah, engkau tidak pernah berdusta, engkau memang orang yang pantas untuk membawa amanah yang agung ini, di karenakn engkau adalah seorang yang baik akhlaq dan perbuatannya, ulurkan tanganmu dan aku akan membaiatmu”.[11] Terhitung semenjak saat itu, Abu Bakar adalah menjadi orang yang paling dekat dengan Rasulullah. Dari semenjak pertama kali beliau mengikrarkan kalimat syahadat hingga beliau wafat. Dan beliau tidak pernah berpisah dengan beliau kecuali dalam permasalahan yang bersifat pribadi.
d.      Ayat Dan Hadits Yang Menceritakan Keutamaan Beliau
            Dalam kitab Tarikh Khulafa’ karangan Imam Suyuthi, beliau menyebutkan beberapa ayat dan hadits yang turun berkenaan dengan beliau. Salah satunya adalah dalam surat At-Taubah ayat 40:
  ...ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا...
Artinya:
...dia adalah seorang dari dua orang ketika kedunya berada di dalam gua, di waktu dia berkata kepada teman-temannya: janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita...” (At-Taubah:40)
            Adapun hadits yang berkenaan dengan beliau diriwayatkan oleh Imam Tirmidzy dari Abu Sa’id Al-khudri, dia berkata:
“ Tidak ada seorang kecuali dia memiliki dua orang wazir (pembantu) di langit dan di bumi. Adapun dua wazir saya di langit adalah Jibril dan Mikail, sedangkan wazir saya di bumi adalah Abu Bakar dan Umar”.
e.       Peran Beliau Dalam Islam
1)    Beliau adalah orang yang manusia yang paling berani ketika dalam peperangan bersama Rasulullah. Beliau melindungi Rasulullah mati- matian tanpa tidak memperdulikan jiwa beliau sendiri
2)   Beliau adalah khalifah pertama dalam Islam yang menggantikan kepemimpin Rasulullah ketika beliau wafat.
3)   Orang yang menemani hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah dan yang mempersiapkan bekal dan kendaraan untuk Rasulullah
4)   Beliau adalah orang yang paling dermawan mengeluarkan hartanya untuk perjuangan Islam
5)   Banyaknya tokoh Quraisy yang masuk Islam sebab dakwah beliau. Mereka adalah Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqosh dan Thalhah bin Ubaidillah, hal itu terjadi pada permulaan dakwah,  kemudian di ikuti oleh Utsman bin Mazh’un, Abu Ubaidah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Abu Salamah dan Abdullah bin Abdul Assad Al- Makhzumiy
6)   Abu Bakar juga membangun di teras rumahnya bangunan yang bisa di pakai untuk sholat dan membaca Al- Qur’an, sehingga banyak orang yang datang kesana untuk mendengarkan bacaan Qur’an beliau dan melihat sholat dan tangis beliau. Hal ini yang menjadi salah satu sebab masuknya banyak orang kepada Islam.
7)   Abu Bakar membeli budak yang masuk Islam kemudian karena keislamannya. Mereka di siksa oleh tuannya. Diantara budak yang di bebaskan beliau adalah Bilal bin Rabah budak dari Umayyah bin Khalaf dengan harga lima uqiyah, Zannirah budak perempuan dari Ummar bin Khattab sebelum beliau masuk Islam, budak perempuan dari Bani ‘Adiy, Bani Abdu Syams dan yang lainnya
8)   Abu Bakar adalah orang yang paling banyak melindungi Rasulullah, di riwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, beliau berkata,” Selang tiga hari setelah wafatnya Ayahku, kaum Quraisy berkeinginan untuk membunuh Rasulullah, kemudian mereka di hadang oleh Abu Bakar. Lalu Abu Bakar berkata kepada mereka,”Apakah kalian akan membunuh seseorang yang mengatakan bahwa Allah adalah Rabbku dan yang telah membawa kepada kalian petunjuk dari Tuhan Kalian?”. [12]
          Dan masih banyak lagi keutamaan beliau yang bertaburan dalam buku-buku sejarah para s,akan tetapi contoh di atas sekiranya sudah cukup menjadi bukti bahwa memang beliau berperan besar dalam kebangkitan agama Islam pada generasi awal.

2.        Zaid bin Haritsah
a.       Biografinya
             Zaid bin Haritsah berasal dari kabilah Kalb yang menghuni sebelah Utara Jazirah Arab. Di masa kecilnya, ia ditangkap oleh sekelompok penjahat yang kemudian menjualnya sebagai seorang budak. Kemudian ia dibeli oleh Hukaim bin Hisyam keponakan dari Khadijah. Oleh Khadijah, ia diberikan kepada Nabi Muhammad yang kemudian memerdekakan Zaid bin Haritsah. Ia adalah salah satu orang yang pertama dalam memeluk agama Islam. Ia mati sebagai syuhada dalam perang Mu'tah.
b.      Proses Masuk Islamnya
            Zaid bin Haritsah adalah orang yang dekat dengan Nabi, karena Zaid adalah anak angkatnya, Zaid masuk Islam tidak lama setelah Rasul memikul tugas kerasulannya dengan turunnya wahyu, Zaid menjadi orang kedua yang masuk Islam, bahkan ada yang mengatakan yang pertama. Rasul sangat sayang kepada Zaid. Kesayangan Rasulullah sangat wajar karena kejujurannya yang tidak ada tandingannya, kebesaran jiwanya, kelembutan dan kesucian hatinya, di sertai terpelihara lidah dan tangannya.
            Pada salah satu musim haji, sekelompok orang dari perkampungan Haritsah berjumpa dengan zaid di Mekkah. Mereka menyampaikan kerinduan ayah dan bundanya kepadanya. Zaid pun membalasnya dengan salam kehormatan untuk kedua orang tuanya. Ia berpesan kepada para jama’ah haji itu,”kabarkanlah kepada orang tuaku bahwa aku tinggal di sini bersama seorang ayah yang sangat mulia’’.
            Setelah mengetahui keberadaan anaknya, ayah Zaid mulai mengatur perjalanan menuju Mekkah bersama seorang saudaranya. Di mekkah keduanya langsung menanyakan di mana rumah Muhammad Al-Amin. Setelah berhadapan dengan anaknya beliau berkata,” Wahai putra Abdul Muthalib, wahai putra pemimipin kaumnya, engkau terasuk penduduk tanah suci yang biasa membebaskan orang tertindas, yang suka memberi makanan para tawanan. Kami datang kepadamu hendak meminta anak kami. Berbelas kasihlah kepada kami dan terimalah uang tebusannya seberapa adanya’’.
            Rasulullah sendiri mengetahui bahwa hati Zaid telah lekat terpaut dengannnya, tetapi beliau memahami bagaimana hak seorang ayaha terhadap anaknya. Karena itu beliau berkata kepada Haritsah:” Panggillah Zaid ke sini dan biarkanlah dia yang menentukan pilihanya sendiri. Bila dia memilihmu, aku akan mengembalikannay kepadamu, tanpa tebusan. Sebaliknya, jika dia memilihku, demi Allah aku tidak akan menerima tebusan dari orang yang memilihku’’.
            Wajah Haritsah berseri-seri dan tidak menyangka akan Mendengarkan kelapangan hati yang seperti itu. Ia pun berkata,” Engkau memang benar-benar telah menyadarkan kami dan membuat kami insaf di balik kesadaran itu.”
            Kemdian Nabi menyuruh seseorang untuk memanggil Zaid. Ketika ia sampai di hadapan Rasul, beliau bertanya langsung,”Apakah kamu mengenal orang ini?”. Zaid menjawab,”Ya, ini adalah ayahku dan yang ini adalah pamanku’’. Kemudian Nabi mengulanig lagi pesan kebebasan memilih orang yang di senanginya seperti yang telah di katakan sebelumnya kepada ayah Zaid. Tanpa berpikir panjang, Zaid menjawab,” Taka da orang pilihanku kecuali engkau. Engkaulah ayah dan pamanku.” Mendengar itu Rasulullah menitikkan mata Rasulullah basah oleh air mata, karena rasa syukurnya kepada Allah. Beliau lalu memegang tangan Zaid dan menuntunnya ke pelataran ka’bah, tempat orang-orang Quraisy sedang banyak berkumpul. Dan mengumumkan apa yang barusan terjadi. Melihat itu semua Haritsah tak kuasa menahan haru, bukan saja dia telah menemukan anaknya. Tapi Karena anaknya diangakat oleh orang termulia dari suku Quraisy.[13]
c.       Peran beliau dalam Islam
               Beliau adaah orang yang paling di sayang oleh Rasulullah dan beliau menjadai salah satu komandan Rasulullah pada perang Mu’tah. Setelah Perjanjian Hudaibiyyah disepakati, Rasullulah mengirimkan surat-surat dakwah (mengajak masuk Islam) sekaligus berdiplomasi kepada para penguasa negeri yg berbatasan dengan jazirah arab (raja Bushra), termasuk kepada Heraklius. Pada Tahun 7 hijriah atau 628, Rasulullah menugaskan Al-Harits bin ‘Umair untuk mengirimkan surat dakwah kepada Gubernur Syam (Irak) bernama Harits bin Abi Syamr Al-Ghassani yang baru diangkat oleh Kekaisaran Romawi. Dalam Perjalanan, di daerah sekitar Mu'tah, al-Harits bin ‘Umair dicegat dan dibunuh oleh penguasa setempat bernama Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani pemimpin dari suku Ghassaniyah (Pada waktu itu yang berkuasa di wilayah Palestina dan sekitarnya). Dan Pada tahun yg sama Utusan Rasulullah pada Banu Sulayman dan Dhat al Talh daerah di sekitar negeri Syam (Irak) juga dibunuh oleh penguasa sekitar. Sebelumnya, tidak pernah seorang utusan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibunuh dalam misinya. Dalam tradisi terdahulu, seorang utusan tidak boleh dibunuh.
               Sebelum pasukan islam berangkat untuk menegakkan panji ‘La ilaha Illallah’, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam telah menunjuk tiga orang sahabat sekaligus mengemban amanah komandan secara bergantian bila komandan sebelumnya gugur dalam tugas di medan peperangan hingga mengakibatkan tidak dapat meneruskan kepemimpinan. Sebuah keputusan yang belum pernah beliau lakukan sebelumnya. Mereka itu adalah Ja'far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah (berasal dari kaum muhajirin) dan seorang sahabat dari Anshar, Abdullah bin Rawahah penyair Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
              
Setelah kejadian tersebut, Rasulullah memberangkatkan tiga ribu pasukan tentara untuk memerangi Romawi. Ketika pasukan islam yang berjumlah 3000 personel sampai di daerah Ma’an, terdengar berita bahwa Heraklius mempersiapkan 100 ribu pasukannya. Selain itu, kaum Nasrani dari beberapa suku Arab (kaum musyrikin Arab)  pun telah siap dengan jumlah yang sama. Mendengar kabar yang demikian, sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum mengusulkan supaya meminta bantuan pasukan kepada Rasulullah atau beliau memutuskan suatu perintah.                 Abdullah bin Rawanah radhiyallahu ‘anhu lantas mengobarkan semangat juang parasahabat radhiyallahu ‘anhum pada waktu itu dengan perkataannya yang di kenal sepanjang sejarah “Demi Allah, sesungguhnya perkata yang kalian tidak sukai ini adalah perkata yang kamu keluar mencarinya, yaitu syahadah (gugur dimedan perang dijalan Allah Azza wa Jalla). Kita itu tidak berjuang karena karena jumlah pasukan atau kekuatan. Kita berjuang untuk agama ini yang Allah Azza wa Jalla telah memuliakan kita dengannya. Bergeraklah. Hanya ada salah satu dari dua kebaikan : kemenangan atau gugur (syahid) di medan perang”.Orang-orang menanggapi dengan berkata, “Demi Allah, Ibnu Rawahah berkata benar”. Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, panglima pertama yang ditunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, kemudian membawa pasukan ke wilayah Mu’tah. Dua pasukan berhadapan dengan sengit. Komandan pertama ini menebasi anak panah-anak panah pasukan musuh sampai akhirnya tewas terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla.
               Bendera pun beralih ke tangan Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Sepupu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ini berperang sampai tangan kanannya putus. Bendera beliau pegangi dengan tangan kiri, dan akhirnya putus juga oleh tangan musuh. Dalam kondisi demikian, semangat beliau tak mengenal surut, saat tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai beliau gugur oleh senjata lawan. Berdasarkan keterangan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidakkurang 90 luka di bagian tubuh depan beliau baik akibat tusukan pedang dan maupun anak panah. Giliran ‘Abdullah bin Rawanah radhiyallahu ‘anhu pun datang. Setelah menerjang musuh, ajal pun memjemput beliau di medan peperangan. Tsabit bin Arqam radhiyallahu ‘anhu mengambil bendera yang telah tak bertuan itu dan berteriak memanggil para Sahabat Nabi agar menentukan pengganti yang memimpin kaum muslimin. Maka, pilihan mereka jatuh pada Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu. Dengan kecerdikan dan kecemerlangan siasat dan strategi – setelah taufik dari Allah Azza wa Jalla – kaum muslimin berhasil memukul Romawi hingga mengalami kerugian yang banyak.
               Menyaksikan peperangan yang tidak seimbang antara kaum muslimin dengan kaum kuffar, yang merupakan pasukan aliansi antara kaum Nashara Romawi dan Nashara Arab, secara logis, kekalahan bakal di alami oleh para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
3.      Ali bin Abi Thalib
a.      Nama dan nasabnya
            Nama Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al-Quraisy Al-Hasyimi. Ibunya Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf, yang masuk Islam dan menjadi salah seorang shahabiyah Rasulullah dan ikut hijrah ke Madinah Al-Munawwarah.Beliau di lahirkan 10 tahun kenabian. Sehingga beliau mendapatkan kenikmatan terdidik dalam lingkungan Islami.[14]
            Ali tumbuh menjadi seorang pemuda yang sangat mengagumkan, memiliki fisik yang kuat, badan yang kekar sehingga otot-ototnya terlihat, wajahnya tampan, tatapan matanya tajam, salalu memakai penutup kepala berwarna putih, memakai cincin yang bertuliskan “الله الملكketika mencekik orang, orang yang di cekiknya sampai-sampai tidak bisa bernafas, seorang penunggang kuda, jika dalam peperanagan jalannya cepat,beliau juga seorang yang sangat pemberani.[15]
b.      Masuk Islamnya
            Pada suatu hari Rasulullah dan Khadijah sedang menunaikan sholat, kemudian Ali tanpa sengaja Ali melihat keduanya sedang melaksanakan sholat. Kemudian Ali berkata,” Apa ini wahai muhammad?” maka kemudian beliau menjawab,” Ini adalah agama yang telah Allah pilihkan untuk manusia,dan dengannya seorang Rasul di utus. Aku mengajakmu untuk mengikutinya, mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukannya serta meniggalkan peribadatan kepada Latta dan Uzza.’’ Ali menjawab,” Ini perkara asing bagiku, aku belum bisa memutuskannya sekarang, aku akan bertanya dahulu kepada Ayahku.’’  Mendengar perkataan Ali Rasulullah tidak suka dan beliau berkata lagi,” Jika kamu tidak mau masuk ke dalam Islam maka sembunyikan kejadian ini dan jangan sebarkan kepada siapapun.” Ali melaksanakan apa yang di katakan Rasulullah, esok harinya Ali kembali mendatangi Rasulullah  dan berkata, “Wahai Muhammad apa yang engaku inginkan dariku?,’’. rasulullah menjawab,” Aku ingin engkau mengucapkan kalimat syahadat, bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Allah, dan engaku berlaepas dari Latta dan Uzza serta Tuhan-tuhan yang lainnya.” Ali mengikuti apa yang di katakan Rasulullah dan semenjak saat itu beliau memeluk agama Islam. Tetapi beliau menyembunyikan keislaman beliau.[16]
c.       Perannya dalam Islam
            Banyak sekali peran Ali bin Abi Thalib yang termaktub dalam sejarah dalam  melindungi Nabi Muhammad dan dalam mendakwahkan agama Islam, di antaranya yang tertulis dalam kitabAl-‘asyroh Al- Mubassyaruna bil Jannah, Siyaruhum Al Hamidah wa Fadhoilihim An- Nabilah wa A’maluhum Al- Majidah,  karangan Abdu Sattar Asy- Syaikh.”  Yang kami ringkas sebagai berikut kecuali pada  point nomor Satu:
a.       Beliau adalah orang yang menggantikan Nabi di tempat tidurnya untuk mengelabui orang kafir Quraisy  saat Nabi hendak berangkat hijrah menuju Madinah. Hal ini di lakukan Ali meski nyawa menjadi taruhannya.[17]
b.       Pembawa bendera kaum muhajirin dalam perang Badar dan beliau termasuk di antara 3 orang yang meladeni tantangan kaum Quraisy, mereka adalah Ubaidah bin Al-Harits, Hamzah bin Abdul Muthalib, dan beliau sendiri. Untuk perang tanding melawan ‘Utbah bin Rabi’ah, saudara dari Syaibah dan anaknya Al-Walid bin ‘Utbah, akhir dari duel ini di menangkan oleh kaum muslimin.
c.       Dalam perang Uhud ketika Mush’ab bin Umair syahid, Ali di perintahkan oleh Rasulullah untuk mengambilnya. Ali berperang hingga mendapat 16 luka pada tubuh beliau dan pedang yang beliau gunakan berlumuran dengan Darah.
d.      Dalam perang Khandaq Ali meladeni Amru bin Abdu Wadd dalam perang tanding, di karenakan lelaki ini adalah orang yang sombong yang menantang kaum muslimin untuk duel “one by one”. Rasulullah memerintahkan Ali untuk menyelesaikan orang ini, dan berhasil mati di tangan Ali
e.       Orang yang paling bersegera dalam Bai’at Ridhwan
f.       Pembawa bendera pada perang Khaibar
g.      Beliau adalah orang yang di tunjuk Nabi untuk mengurusi Madinah pada saat kaum Muslimin pergi untuk menuju medan Tabuk
h.      Orang yang di utus Nabi untuk berdakwah kepada penduduk Yaman
            Itulah peran Ali dalam Islam yang bisa jadi lebih banyak dari yang kita ketahui. Namun hal di atas adalah sebagai gambaran sekilas jasa dan kepahlawanannnya dalam Islam.

4.      Khadijah binti Khuwailid
a.       Nama dan nasabnya
            Beliau adalah wanita pertama yang tercatat dalam sejarah Islam, orang pertama yang meyakini kenabian Muhammad yang tidak lain adalah suami yang di cintainya. Nama dan nasab beliau adalah Ummul Qosim binti Khuwailid bin Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushaiy bin Kilab Al-Qursyiyah Al-Asadiyah.[18]
b.         Proses masuk islamnya sekaligus perannya dalam dakwah
            Hampir semua buku sirah Nabi Muhammad menceritakan proses masuk islamnya beliau. Dan tidak ada perbedaan di kalangan para ulama tentang keislaman beliau. Semua sepakat bahwa Khadijah masuk Islam saat Rasulullah menerima wahyu yang pertama kali di gua Hira. Karena Khadijah telah yakin bahwa suaminya akan menerima amanat Allah Yang Maha Besar untuk seluruh alam semesta. Kejadian tersebut merupakan awal kenabian dan tugas Muhammad menyampaikan amanat Allah kepada manusia. Hal itu pun merupakan babak baru dalam kehidupan Khadijah yang dengannya dia harus mempercayai dan meyakini ajaran Rasulullah Muhammad, sehingga Rasulullah mengatakan, “Aku mengharapkannya menjadi benteng yang kuat bagi diriku.”
            Di sinilah tampak kebesaran pribadi serta kematangan dan kebijaksanaan pemikiran Khadijah. Khadijah telah mencapai derajat yang tinggi dan sempurna, yang belum pernah dicapai oleh wanita mana pun. Dia telah berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, “Demi Allah, Allah tidak akan menyia nyiakanmu engkau selalu menghubungkan silaturahim, berbicara benar, memikul beban orang lain, menolong orang papa, menghormati tamu, dan membantu meringankan derita dan musibah orang lain.
            Khadijah adalah nikmat yang di anugrahkan Allah kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dai mendampingi selama seperempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau di kala resah, melindungi beliau dalam menjalankan jihad yang berat, rela menyerahkan diri dan hartanya kepada beliau. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang dirinya.”Dia beriman kepadaku saat semua orang mengingkariku, membenarkan aku selagi semua orang mendustakan aku, menyerahkan hartanya kepadaku selagi semua orang tidak mau memberikannya, Allah menganugrahiku anak darinya selagi wanita lain tidak memberikannya kepadaku.”[19]

 ANALISA:
          Terkadang seseorang hanya melihat keberhasilan saja, tanpa memikirkan proses untuk menuju keberhasilan itu. Klimaksnya dia hanya menjadi pengagum dan penonton tanpa aksi yang berarti, padahal di balik sebuah keberhasilan yang luar biasa juga ada usaha yang luar biasa, di balik anak yang hebat pasti ada orangtua yang hebat, di balik seorang murid yang pintar pasti ada guru yang tidak kalah pintar, di balik seorang komandan yang hebat pasti ada pelatih yang hebat, dan di balik organisasi yang hebat pasti ada struktur kepengurusan yang hebat. Allah tidak akan memberikan sesuatu secara langsung, tapi Allah menginginkan agar kita lebih cerdas dalam menjalani proses dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian.
          4 orang di atas adalah orang mulia yang menjadi pondasi kebangkitan islam, tentu mereka bukan orang sembarang tapi adalah orang yang kompeten di bidangnya masing-masing.
          Lingkungan akan membentuk karakter seseorang, sebagaimana Ali dan Zaid yang telah ter’shibgah’  dalam lingkungan yang Islami semenjak kecil. Maka, tidak heran jika di masa selanjutnya mereka menjadi orang yang di perhitungkan, menjadi seorang komandan perang yang mampu menggetarkan medan jihad. Karena mereka di didik langsung oleh  seorang “Leader” terbaik sedunia. Berbeda dengan Khadijah maupun Abu Bakar, mereka yang pada dasarnya adalah para tokoh dan orang yang terhormat di mata kaumnya. Sehingga ketika Islam datang kepada mereka mereka hanya melanjutkan kepiawiannya dalam mempengaruhi orang lain yang pada dasarnya potensi ini telah mereka miliki sebelum mereka memeluk agama Islam. Keimananlah yang merubah mereka.
        Dan yang terakhir keikhlasan dan pengorbanan yang sempurna akan menghasilkan hasil yang sempurna pula.

PENUTUP
            Begitulah proses yang paling mendasar dari agama Islam yang hawa segarnya masih kita rasakan hingga hari ini. Berawal dari keadaan yang asing, dari sebuah tempat yang tidak di pernah diperhitungan oleh dunia. Namun seiring berjalannya waktu agama ini tersebar di setiap tempat, bahkan tidak ada satu jengakal tanah pun di dunia ini yang belum terjamah oleh Islam. Menuntun semua manusia menuju penghambaan yang  sempurna kepada pengusa semesta dan meninggalkan berhala-berhala dan thogut-thogut yang sifatnya hanya sementara.
            Demikianlah apa yang kami susun ini dengan segala kekurangan yang ada semoga menjadi pelajaran bagi penulis terkhusus, dan pembaca pada umumnya. Kepada Dzat yang tidak memiliki aib dan cacat kami kembalikan semua ini. Wallahu a’lam bis showab



[1] Sejarah hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal, kompilasi CHM www.pakdenono.com –Agustus 2008- HTML
[2] Muhammad Rosulullah, Muhammad Ridho, Darul Ihya’ Kitab Al- Arabiyah, Hal.74/75
[3] Ibid , Hal.90
[4] Ibid. Hal. 93
[5] Tafsir Al- Qurthuby, Maktabah syamilah
[6] Al-‘asyroh Al- Mubassyaruna bil jannah, Siyaruhum Al Hamidah Wa Fadhoilihim An- Nabilah wa A’maluhum Al- Majidah, Abdu Sattar Asy- Syaikh. Cet I, Darul Qolam, Damaskus, Hal.13
[7] Ibid, hal 13
[8] Ibid, Hal.14
[9] Perkataan Al-Baihaqi, dalam kitab Tarikh Khulafa’, Imam As-Suyuthi, Pustaka Al- Kautsar, Hal.37
[10] Al-‘asyroh Al- Mubassyaruna bil Jannah, Siyaruhum Al Hamidah wa Fadhoilihim An- Nabilah wa A’maluhum Al- Majidah, Abdu Sattar Asy- Syaikh. Cet I, Darul Qolam, Damaskus, Hal.16
[11] At-Tarikh Al- Islami Al-Khulafa’ Ar- Rasyidun Al-‘ahdil Umawiyyi, Mahmud Syakir juz III, cet. VII 1411 H/ 1991 M, maktab Al- islami, Hal.34/35
[12] Ibid, hal.33/38
[13] Biografi 60 Sahabat Nabi, Khalid Muh. Khalid, Aqwam. Cet.I, Hal.266/267
[14]Al-‘asyroh Al- Mubassyaruna bil Jannah, Siyaruhum Al Hamidah wa Fadhoilihim An- Nabilah wa A’maluhum Al- Majidah, Abdu Sattar Asy- Syaikh. Cet I, Darul Qolam, Damaskus, Hal.182
[15].Ibid. hal. 184
[16] Perkataan Ibnu Ishaq, di nukil dari Tarbiyah Qiyadiyah As-sabiq Al-awwalun minal muhajirin, Dr.Munir Muh. Ghadban, Juz I, cet. IV 1426 H/2005 M, Darul Wafa’
[17] Sirah Nabawiyah, Syaikh shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, pustaka Al-Kautsar, Cet.I,Hal.181
[18] Siyar A’lam Nubala’, Imam Adz-Dzahabi,Jilid 2, Mu’assah Ar-Risalah, hal.109
[19] Diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnandnya, di nukil dari  Sirah Nabawiyah, Syaikh shafiyurrahman Al-Mubarakfury, pustaka Al-Kautsar, Hal.125

0 komentar:

Posting Komentar

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net