by: Tyo el-Bungry
Pendahulu
Alhamdulillah wa shalatu wa salam ala Musthafa Shalallahu Alaihi wa
Sallam, segala puji hanya milik Allah Ta’ala yang telah melimpahkan
segala nikmat kepada hambanya, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada nabi kita, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam serta kepada
para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti
sunnahnya hingga hari kiamat. Amma ba’du.
Setelah
peristiwa besar dalam sejarah Islam terjadi, yakni hijrah menuju Madinah
al-Munawwarah. Rasulullah dan kaum muslimin menyusun kekuatan untuk menegakkan
kalimat tauhid ini, maka mulai dari ekspedisi hingga peperangan beliau Shalallahu
Alaihi wa Sallam lancarkan.
Di
dalam perjuangan Islam terdapat istilah sariyyah dan ghazwah,
lalu apa yang dimaksud dengan sariyyah dan ghazwah itu? Sariyyah
atau yang sering disebut dengan ekspedisi operasi intelejen adalah sebuah
istilah yang bermakna sebuah operasi atau ekspedisi yang Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa Sallam tidak mengikutinya, namun beliau hanya menunjuk salah
seorang sahabat untuk memimpin ekspedisi tersebut. Adapun ghazwah adalah
sebuah istilah yang menunjukkan bahwa ekspedisi tersebut langsung dipimpin oleh
beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam sendiri, atau ghazwah juga
sering diartikan dengan pertempuran yang diikuti oleh Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa Sallam.
Di
dalam sejarah tercatat banyak sekali ghazwah yang diikuti Rasul Shalallahu
Alaihi wa Sallam dan juga disebutkan bahwa ada 56 sariyyah yang
Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam lancarkan.
Namun
pada kesempatan kali ini kami hanya akan memaparkan dua dari lima puluh enam sariyyah
yang terjadi di masa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Yakni sariyyah
yang dilancarkan pada bulan Muharram tahun ke-6 setelah hijrah, dipimpin
oleh salah seorang sahabat Anshar dari suku Aus, beliau adalah Muhammad bin
Maslamah al-Anshari. Ia bersama dengan tiga puluh perajurit berangkat dari
Madinah menuju Qirtha’, sebuah desa milik Bani Kilab. Tujuannya adalah untuk
menyerang perkampungan Bani Bakr bin Kilab.
Lalu
sariyyah selanjutnya masih di tahun ke-6 Hijriyyah, yakni tepatnya pada
bulan Rabi’ul Awwal Rasulullah mengutus Ukkasyah bin Mihshan
al-Asadi bersama empat puluh perajurit menuju Ghamr, salah satu nama mata air
kabilah Asad. Bergegas Ukkasyah beserta rambongan menuju lokasi, namun ternyata
target sudah mengetahui akan penyergapan yang akan dilakukan, sehingga penduduk
sempat melarikan diri sebelum pasukan datang. Walhasil pada ekspedisi kali ini
tidak terjadi pertempuran, namun kaum muslimmin mendapat banyak ghanimah.
Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita berkenaan
dengan perjalanan dakwah islam.
Ekspedisi Muhammad bin Maslamah al-Anshari Radhiallahu A’nhu
ke Qirtha’
Ekspedisi
kali ini dipimpin oleh salah seorang sahabat dari kalangan Anshar, ia adalah
Muhammad bin Maslamah bin Salamah bin Khalid bin Adi bin Majda’ah bin Haritsah
bin al-Khazraj bin Amru bin Malik al-Ausi al-Anshari.[1]
Ia
berasal dari Bani Haritsah dan menjadi pemimpin bagi Bani Abdul Asyhul,
dilahirkan 22 tahun sebelum bi’tsah, mendapat kunyah Abu Abdullah ada
juga yang menyebutkan Abu Abdurrahman, beliau termasuk salah satu dari ahlul
Badar dan juga telah mengikuti banyak peperangan kecuali satu peperangan, yakni
perang Tabuk, karena ia mendapat izin dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam
agar tetap tinggal di Madinah.[2]
Muhammad
bin Maslamah memeluk Islam melalui perantara Mus’ab bin Umair—duta pertama di
Madinah—yakni tepatnya sebelum islamnya Sa’ad bin Mu’ad.[3]
Beliau wafat pada bulan Shafar tahun 43 H, dan telah meniti kehidupan selama 77
tahun.[4]
Pada
bulan Muharram tahun ke-6 dari hijrah, Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam
mengutus Muhammad bin Maslamah al-Anshari bersama dengan 30 perajurit yang
berkendaraan unta dan kuda untuk pergi menuju Qirtha’[5]
yang berada di pinggiran Dhariyah, tempat pemukiman Bani Bakr yang termasuk
dari wilayah Najd.[6]
Tujuannya
adalah untuk menyerang kabilah Bani Bakr bin Kilab, karena selalu mengganggu
dan merugikan kaum muslimin. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan
kepada pasukan agar bergerak pada malam hari dan bersembunyi pada siang
harinya, agar penyerangan tidak terlihat oleh orang dan juga yang terpenting
adalah agar tidak tercium oleh musuh, sehingga dapat melancarkan serangan
secara mendadak dari segala arah setelah sampai di lokasi. Maka bergeraklah
pasukan sesuai dengan perintah yang disampaikan oleh Nabi Shalallahu Alaihi wa
Sallam, ketika sampai tujuan dan serangan dilancarkan, berlarianlah mereka
guna menyelamatkan diri, namu ternyata ada beberapa dari mereka yang mencoba
melakukan perlawanan dan akhirnya mereka ikut lari menyelamatkan diri setelah
terbunuhnya sepuluh orang dari mereka.[7]
Dari
penyerangan, pasukan berhasil mengalahkan Bani Bakr bin Kilab dan juga
mendapatkan ghanimah 150 ekor unta serta 3000 ekor kambing[8],
namun ada juga yang menyebutkan hanya mendapat 50 ekor unta[9],
juga membawa pulang seorang tawanan, yakni Tsumamah bin Atsal (seorang pembesar
dari Yamamah).
Setelah
semua urusan selesai, pasukan kembali ke Madinah tepat semalam sebelum bulan
Muharram berakhir, lamanya ekspedisi kali ini adalah Sembilan belas hari.[10]
Ekspedisi Ukkasyah bin Mihshan al-Asadi Radhiallahu A’nhu ke
Ghamr
Selang
beberapa waktu, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam kembali mengirim
pasukan, tepatnya pada bulan Rabi’ul Awwal di tahun ke-6 dari hijrah.
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ukkasyah bin Mihshan
al-Asadi, ia adalah Ukkasyah bin Mihshan bin Hurtsan bin Qais bin Murrah bin
Bukair[11]
bin Ghanm bin Daudan bin Asad bin Khuzaimah al-Asadi.[12] Ia
adalah pemimpin Bani Abdu Syams, mendapat kunyah Abu Mihshan dan merupakan
salah seorang sahabat yang mulia lagi terpandang. Ukkasyah juga termasuk dari
kalangan sahabat yang pertama masuk islam atau sering disebut as-sabiqunal
awalu fil Islam, lalu ikut berhijrah menuju Madinah sehingga ia termasuk
dari golongan Muhajirin.
Keutamaan
beliau disebutkan di dalam shahihain dari sahabat Ibnu Abbas Radhiallahu
A’nhu, tatkala Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan
70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab, lalu Ukkasyah berseru, “Wahai
Rasulullah! Berdoalah kepada Allah untukku agar Allah menjadikanku termasuk
dari mereka,” lalu Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Emgkau termasuk dari mereka,” lalu berdiri sahabat yang lain dan meminta
kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, namun Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, “Dirimu
telah didahului oleh Ukkasyah.”
Ukkasyah
bin Mihshan Radhiallahu A’nhu syahid pada peperangan melawan murtadin di
masa pemerintahan Abu Bakar as-Sidiq, ia terbunuh di tangan Thulaihah bin
Khuwailid al-Asadi.[13]
Di
bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-6 H, Ukkasyah bin Mihshan al-Asadi Radhiallahu
A’nhu bersama dengan empat puluh perajurit mengadakan ekspedisi menuju
Ghamr[14],
guna menyerang parkampungan Bani Asad,[15]
karena mereka selalu berbuat yang tidak baik terhadap kaum muslimin dan di
antara mereka kerap kali menyakiti hati kaum muslimin yang sedang berjalan
melewati daerah kabilah mereka.
Pergilah
Ukkasyah beserta rombongan menuju lokasi, namun ternyata penduduk setempat
sudah mengetahui akan adanya penyerangan, sehingga mereka semua kabur
menyelamatkan diri sebelum pasukan kaum muslimin datang.
Setelah
rombongan datang di Ghamr Marzuq,[16]
mereka bergegas turun memasuki perkampungan Bani Asad, namun sayang rambongan
hanya melihat perkampungan mereka yang telah kosong dari penghuni akibat
ditinggal menyelamatkan diri. Pasukan menemukan banyak harta di desa yang
ditinggal dan juga mendapati seorang yang sedang tertidur, lalu ditawanlah
seorang tersebut serta diberi jaminan keamanan dengan syarat menunjukkan letak
penyimpanan harta milik kaumnya. Lalu pasukan
membebaskan laki-laki tersebut setelah ia menunjukkan kepada pasukan tempat
penyimpanannya.[17]
Ekspedisi kali ini pasukan mendapatkan ghanimah berupa seratus ekor unta[18], ada
juga yang menyebutkan dua ratus ekor unta.[19] Setelah
selesai segala urusan, pasukan kembali kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa
Sallam dengan membawa banyak hewan ternak dan tidak terjadi peperangan pada
ekspedisi kali ini.[20]
Wallahu A’lam bis-Shawab
[1] Lihat Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Ishabah (Beirut : Daar
al-Kutub al-Alamiyah, 1995 M), juz. 6, hlm. 28
[2] Ibid.
[3] Lihat adz-Dzahabi, Siar A’lam (Beirut : Muasasah ar-Risalah,
1990 M), juz. 2, hlm. 371
[4] Ibid. hlm. 373
[5] Sebuah desa milik Bani Kilab, jaraknya lebih dekat dengan Makkah,
di sana terdapat sebuah gunung yang diberi nama al-Bikrat, jarak antara
Dhariyah dengan Madinah adalah perjalanan tujuh malam.
[6] Lihat Muhammad Ridho, Muhammad Rasulullah Shalallahu A’laihi
wasalam, hlm. 286, dan Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul
al-Makhtum versi terjemahan hlm. 440
[7] Lihat KH. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh (Jakarta :
Gema Insani, 2001 M), juz. 2, hlm. 304 dan Muhammad Ridho, Muhammad
Rasulullah Shalallahu A’laihi wasalam, hlm. 286
[8] Lihat Muhammad Ridho, Muhammad Rasulullah Shalallahu A’laihi
wasalam, hlm. 286
[9] Lihat KH. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh (Jakarta :
Gema Insani, 2001 M), juz. 2, hlm. 304
[10] Lihat Muhammad Ridho, Muhammad Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam,
hlm. 286
[11] Di dalam Usudul Ghabah, juz. 4, hlm. 564 disebutkan nasab
setelah Murrah adalah Katsir.
[12] Lihat Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Ishabah (Beirut : Daar
al-Kutub al-Alamiyah, 1995 M), juz. 4, hlm. 440
[13] Ibid. dan lihat Ibnu al-Atsir, Usudul Ghabah, juz. 4, hlm.
564
[14] Salah satu mata air milik kaum Bani Asad, perjalanan dari Faid
(jalan menuju Makkah) ke Ghamr mencapai waktu lebih dari dua malam.
[15] Kaum yang tinggal di antara Hijaz dan sungai Furrat di Irak.
[16] Salah satu dusun di kabilah Bani Asad.
[17] Lihat KH. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh (Jakarta :
Gema Insani, 2001 M), juz. 2, hlm. 310
0 komentar:
Posting Komentar