Siapakah Ia?
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
al-Mughirah bin Bardizbah al-Ja’fi al-Bukhari. Lahir di
Bukhara selepas shalat Jum’at, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H. Mulai
menuntut ilmu sejak kanak-kanak dan pada umur 16 tahun sudah hafal buku-buku
karangan Ibnul Mubarak, Waki’, serta mengetahui ungkapan-ungkapan ash-Habur
Ra’i.
Abu Ja’far Muhammad bin Abu Hatim al-Warraq
berkata, “Aku bertanya kepada Muhammad bin Ismail, ‘Kapan engkau memulai
menggeluti hadits?’ ia menjawab, ‘Aku mulai berkecimpung dalam menghafal hadits
sejak aku berada di dalam madrasah kuttab’, lalu aku bertanya, ‘Umur berapakah
anda saat itu?’, ia menjawab, ‘Sepuluh tahun atau kurang dari itu’.[2]
Lalu pada tahun 210 H ia melakukan haji
bersama dengan ibu dan sodaranya serta menetap di Madinah al-Munawarah, dan di
sinilah beliau mengarang buku at-Tarikh al-Kabir.
Beliau wafat pada tanggal 30 Ramadhan 256 H di
umurnya yang ke-62 tahun kurang 13 hari,[3] tepatnya
pada waktu shalat Isya’ malam Sabtu atau malam hari raya Idul Fithri, lalu
beliau dimakamkan di Khartank[4] pada
hari raya Idul Fithri selepas shalat Dzhuhur.[5]
Bentuk Fisik Beliau
Imam al-Bukhari memiliki badan yang kurus dan
berpostur tubuh sedang, ini sebagaimana yang dicantumkan oleh Jalaluddin
Abdurrahman as-Suyuthi dari Hasan bin Husain al-Bazzaz, bahwan ia berkata, “Aku
melihat Muhammad bin Ismail adalah seorang yang berbadan kurus, tidak tinggi
dan tidak (juga) pendek”.[6]
Sanjungan Ulama’ Terhadap Beliau
Ibnu Jauzi berkata, “Keutamaan Imam al-Bukhari
sangatlah banyak, hafalannya akan hadits sangatlah banyak, serta telah banyak
pembesar yang telah mengakui beliau, sampai-sampai Ahmad bin Hanbal berkata, ‘Sepertinya
Khurasan tidak akan melahirkan kembali yang semisal dengan Muhammad bin
Ismail”.[7]
Abu Mush’ab berkata, “Muhammad bin Ismail
adalah orang yang paling fakih di antara kami dan lebih kuat bashirahnya
dibanding Ibnu Hanbal”, Shalih bin Muhammad al-Asadi berkata, “Muhammad bin
Ismail adalah orang yang paling mengetahui masalah hadits”, Muhammad bin Salam
juga berkomentar, “Ia adalah orang yang tidak ada tandingannya”. [8]
Muhammad berkata, “Aku mendengar Mahmud bin
an-Nadhr Abu Sahl asy-Syafi’i berkata, ‘Aku memasuki kota Bashrah, Syam, Hijaz,
dan Kufah. Dan aku tidak melihat para ulama’nya
ketika disebutkan nama Muhammad bin Ismail, mereka pasti menyanjungnya."[9]
Guru-guru Beliau
Imam al-Bukhari Rahimahullah menimba
ilmu bersama lebih dari seribu guru, mulai dari guru yang berasal dari negeri
tanah kelahirannya, Makkah, Madinah, Mesir, Syam, Kufah, dan lainnya.
Di Bukhara beliau menimba ilmu
dari Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Ja’far bin al-Yamani al-Ju’fa al-Musnadi
dan Muhammad bin Salam al-Bikandi, di kota Balkh bersama Mukay
bin Ibrahim, di Maru bersama Abdan bin Utsman, Ali bin al-Hasan
bin Syaqiq, dan Shadaqah bin al-Fadhl, di Naisaburi bersama Yahya
bin Yahya, di Makkah bersama Abu Abdurrahman al-Muqra’i, Khallad
bin Yahya, Hassan bin Hassan al-Bashri, dan selainnya, di Madinah
bersama Abdul Aziz al-Uwaisi, Ayyub bin Sulaiman bin Bilal, dan Ismail bin Abi
Uwais, di Mesir bersama Sa’id bin Abi Maryam, Ahmad bin
Isykab, dan Abdullah bin Yusuf, di Syam bersama Adam bin Abu
Iyyas, Ali bin Ayyasy, Bisyr bin Syu’aib, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, dan
selainnya, di kota ar-Ray bersama Ibrahim bin Musa, di Baghdad
bersama Muhammad bin Isa bin ath-Thabba’, Suraij bin an-Nu’man, Muhammad bin
Sabiq, dan Affan, di Bashrah bersama Abu ‘Ashim an-Nabil,
al-Anshari, Abdurrahman bin Hammad asy-Syu’aitsi, dan Muhammad bin ‘Ar’arah, di
Kuffah bersama Ubaidillah bin Musa, Abu Nu’aim, Khalid bin Makhlad,
Thalq bin Ghannam, dan masih banyak lagi.[10]
Murid-murid Beliau
Untuk murid beliau sudah barang tentu sangatlah
banyak sekali, di antaranya adalah Abu Isa at-Tirmidzi, Abu Hatim, Ibrahim bin
Ishaq al-Harbi, Abu Bakr bin Abi ad-Dunnya, Abu Bakr Ahmad bin Amru bin Abi ‘Ashim,
Shalih bin Muhammad Jazarah, Muhammad bin Abdullah al-Hadhrami, Ibrahim bin
Ma’qil an-Nasafi, Abdullah bin Najiyyah, Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin
Khuzaimah, Umar bin Muhammad bin Bujair, Abdullah bin Muhammad bin al-Asyqar,
Muhammad bin Sulaiman bin Faris, dan masih banyak lagi.[11]
Prihal Buku Shahih al-Bukhari
Imam al-Bukhari adalah ulama’ yang produktif, banyak karangan
beliau yang sampai hari ini masih dapat kita jumpai. Di antaranya adalah buku
hadits yang dijadikan rujukan seluruh umat Islam di dunia, buku yang terjamin kualitas keshahihannya, yaitu buku al-Jami’ ash-Shahih.
Imam al-Bukhari
mulai berkeinginan untuk mengumpulkan hadits dalam bukunya adalah setelah
mendapatkan nasihat dari gurunya yang bernama Ishaq bin Rahawaih. Sebagaimana
yang diutarakan Ibrahim bin Ma’qal ats-Tsaqafi, bahwa ia mendengar Muhammad bin
Ismail al-Bukhari berkata, “Ketika aku berada di majlisnya Ishaq bin Rahawaih,
ia berkata kepada sebagian dari kami, ‘Alangkah baiknya jika salah satu dari kalian
ada yang membuat buku ringkasan berkenaan dengan Sunnah Nabi Shalallahu
Alaihi wa Sallam’, maka ucapannya tersebut tertanam di dalam hatiku dan aku
mulai mengumpulkan buku ini yakni al-Jami’ ash-Shahih.”[12]
Dalam membuat buku ini beliau memerlukan waktu
16 tahun, dan ia hafal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits yang tidak
shahih yang beliau dengar dari gurunya yang berjumlah lebih dari 70.000 orang.[13]
Buku al-Jami’ ash-Shahih adalah kumpulan hadits yang berhasil beliau saring
dari hadits-hadits yang berjumlah kurang lebih 600.000 hadits. Ini sebagaimana
yang diutarakan as-Sa’di, ia berkata, “Aku mendengar sebagian dari kami
berkata, ‘Muhammad bin Ismail berkata, ‘Aku berhasil mengeluarkan buku ini (ash-Shahih)
dari kira-kira 600.000 hadits.”[14]
Syarh-syarh Buku Shahih al-Bukhari
Muncul para ulama’ yang telah mensyarh buku Shahih Bukhari, baik ulama’
dahulu atau ulama’ setelahnya, di antaranya adalah A’lamus Sunnah milik
Hamd bin Muhammad al-Khaththabi wafat tahun 386 H, Syarh Shahih al-Bukhari milik
Abu Hasan Ali bin Khalaf bin Abdul Malik yang masyhur dengan sebutan Ibnu
Baththal al-Qurthubi al-Maliki wafat tahun 449 H, Syarh Musykil al-Bukhari
milik Muhammad bin Sa’id bin Yahya bin ad-Dabitsi al-Wasithi wafat tahun 637 H,
Syarhul Bukhari milik Imam an-Nawawi Yahya bin Syarf wafat tahun 676 H, al-Kaukabus
Sari milik Ali bin Husain bin Urwah al-Musyrifi al-Maushuli al-Hanbali
wafat tahun 837 H, Irsyadus Sari Syarh Shahihul Bukhari milik
Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Khatib al-Qasthalani al-Misri asy-Syafi’i
wafat tahun 923 H, dan masih banyak lagi.[15]
Jumlah Hadits al-Jami’ ash-Shahih
Menurut Syaikh Taqiyuddin Ibnu ash-Shalah di
dalam Ulumul Hadits, “Jumlah hadits dalam Shahih al-Bukhari adalah 7.275
hadits dengan pengulangan, lalu ia menyebutkan apabila tanpa pengulangan
berjumlah kira-kira 4.000 hadits.”[16]
Sedangkan menurut
al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, jumlah haditsnya adalah 9.082 hadits dengan
pengulangan[17],
dan 2.761 hadits tanpa pengulangan.[18]
Imam an-Nawawi berkata,
“Telah kami riwayatkan dengan sanad yang shahih dari al-Hamwi Rahimahullah,
bahwa ia berkata, ‘Jumlah hadits Shahih al-Bukhari adalah 5 hadits bad’ul
wahyu, 50 hadits iman, 75 hadits ilmu, 109 hadits wudhu, 43 hadits ghaslul
janabah, 37 hadits haid, 15 hadits tayamum, 2 hadits fardhu shalat, 39 hadits
ash-shalah fiets tsiab, 13 hadits kiblat, 76 hadits masjid, 30 hadits sutrah
shalat, 75 hadits waktu shalat, 28 hadits adzan, 40 hadits keutamaan shalat
jama’ah, 40 hadits imamah, 18 hadits meluruskan shaf, 28 hadits iftitah shalat,
30 hadits qira’ah, 52 hadits ruku’, sujud, dan tasyahud, 17 hadits mengqadha’
shalat, 5 hadits menjauhi memakan bawang, 15 hadits shalatnya wanita dan
anak-anak, 65 hadits shalat Jum’ah, 6 hadits shalat khauf, 40 hadits ‘idain, 15
hadits witir, 35 hadits istisqa’, 25 hadits kusuf (gerhana), 14 hadits sujud
tilawah, 36 hadits qashar, 8 hadits istikharah, 41 hadits anjuran shalat malam, 18 hadits nafilah, 9 hadits shalat di
Makkah, 26 hadits perbuatan dalam shalat, 14 hadits sujud sahwi, 154 hadits
janaiz, 113 hadits zakat, 10 hadits zakat fithri, 24 hadits haji, 32 hadits
umrah, 40 hadits
pengepungan, 40 hadits berburu, 32 hadits ihram dan yang mengikutinya, 24
hadits keutamaan Madinah, 36 hadits shaum, 10 hadits malam qadar, 6 hadits
tarawih, 20 hadits i’tikaf, 191 hadits buyu’ (jual-beli), 19 hadits as-salam
(memesan), 3 hadits Syuf’ah, 24 hadits
ijarah, 30 hadits hawalah, 8 hadits kafalah, 13 hadits isykhash, 2 hadits
mulazamah, 15 hadits luqatoh, 41 hadits mendzalimi dan ghashab, 73 hadits
syirkah, 9 hadits rahn, 34 hadits pemerdekaan, 6 hadits mukatabah, 69 hadits
hadiah, 58 hadits persaksian, 22 hadits shulhu, 24 hadits syarat, 41 hadits
wasiat dan wakaf, 255 hadits jihad dan sariyah, 42 hadits sisa jihad, 58 hadits
shalat fardhu yang lima, 63 hadits jizyah dan muwada’ah, 202 hadits permulaan
penciptaan, 428 hadits para nabi dan peperangan, 138 hadits yang lain dari
masalah peperangan, 540 hadits tafsir, 81 hadits keutamaan Al-Quran, 244 hadits
nikah dan talak, 22 hadits nafkah, 70 hadits makanan, 11 hadits aqiqah, 90
hadits berburu, sesembelihan, dan selainnya, 30 hadits sesembelihan dan
udhhiyyah, 65 hadits minuman, 79 hadits pengobatan, 120 hadits pakaian, 41
hadits sakit, 100 hadits baju, 256 hadits adab, 77 hadits ijin, 76 hadits
dakwah, 30 hadits dari perdakwahan, 100 hadits tanah, 16 hadits haudh, 57 hadits Nar dan Jannah, 28
hadits qadar, 31 hadits sumpah dan nadzar, 15 hadits kafarah sumpah, 45 hadits
ilmu faraid, 30 hadits hudud, 52 hadits melarikan diri, 54 hadits diyat, 20
hadits murtad, 13 hadits ikrah, 23 hadits meninggalkan kekuatan, 60 hadits
ta’bir, 80 hadits fitan, 82 hadits hukum, 22 hadits tumna, 19 hadits ijazah
kabar indifidual, 96 hadits i’tisham, 170 hadits tauhid, pengagungan Rab Ta’ala,
dan selainnya sampai akhir.[19]
Sehingga memperoleh total dari semua penjabaran di atas adalah
kurang lebih 6.528 hadits.
Sedangkan menurut yang kami dapat dari Buku Aslinya menunjukkan
jumlah 7.563 hadits.
Karya-karya Beliau
Beliau adalah ulama’ yang
produktif, semasa hidupnya beliau telah banyak menghasilkan karya yang luar
biasa, di antaranya adalah kitab Al-Jami’ ash-Shahih (Shahih al-Bukhari),
Al-Adab al-Mufrad, Raf’ul Yadain fiesh Shalah, Al-Qiraah Khalful Imam, Birrul
Walidain, At-Tarikh al-Kabir, At-Tarikh al-Ausath, At-Tarikh ash-Shagir, Khalqu
Af’alil Ibad, Kitab adh-Dhu’afa’, Al-Jami’ al-Kabir, Al-Musnad al-Kabir, At-Tafsir
al-Kabir, Kitabul Asyrabah, Kitabul Hibbah, Asamiyyush Shahabah, Kitabul
Mabsuth, Kitabul ‘Ilal, Kitabul Kunni, dan Kitabul Fawaid.[20]
Wallahu ‘Alam Bish Shawab
[1] Imam adz-Dzahabi, Siar A’lam, jus. 12, hlm. 391, Ibnu Hajar
al-Asqalani, Tahdzibut Tahdzib, jus. 9, hlm. 41, Ibnu Jauzi, Sifatush
Shafwah, jus. 4, hlm. 168
[11]
Ibid. hlm. 397
[12] Tahdzibut
Tahdzib jus. 9, hlm. 42 dan Shifatush Shafwah jus. 4, hlm. 170
[13] Ulumul
Hadits milik Subhi ash-Shalih hlm. 396
[14] Shifatush
Shafwah jus. 4, hlm. 169
0 komentar:
Posting Komentar